Belajar Islam di Tanah Minoritas #2 (Pertemuan dengan alim ulama)

Pada tahun 2012 ini, dari bulan Mei hingga November ini, total ada 3 Ulama Indonesia yang datang ke Belgia dan memberikan ceramah. Subhanallah spesial sekali datang jauh-jauh dari Indonesia untuk berceramah di Eropa. Bulan Mei 2012, Brussels kedatangan Aa Gym, dilanjutkan dengan kedatangan Istrinya di bulan Oktober 2012. Konon beliau-beliau ini sekalian menjenguk anaknya yg bersekolah di Jerman. Alhamdulillah juga kami kecipratan rezeki ilmu dari mereka. Untuk 2 tokoh ini, saya tidak begitu kesulitan untuk mendatanginya, karena saat itu selalu bertepatan dengan Weekend, sehingga waktu agak luang, mungkin sedikit struggling saat Aa Gym datang karena waktunya berdekatan dengan ujian, kalau saya tidak salah, beliau datang hari Jum’at, sedangkan saya ujian hari Seninnya. Tapi saya selalu dengar nasehat mamah: Siapa tahu dengan mendatangi majlis ilmu, apalagi mengejar ilmu Allah, malaikat mengitari majlis tersebut dan mengaminkan do’amu. Siapa tahu datang ke majlis ilmu Islam itu justru menjadi jalan mudahnya menuntut ilmu yang lain. Waktu tidak akan terbuang, bahkan mungkin berkahnya ada di waktu-waktu saya mengejar ilmu diniyah tersebut.

Akhirnya saya datang dan seperti biasa, selalu tersentuh dan sedikit menitikkan air mata, ketika ceramahnya begitu mengena, apalagi do’a-do’anya. Sepertinya ulama itu memiliki hubungan yg dekat dengan Allah sehingga Allah yg menjaga lisannya, dan apa pun yg keluar dari lisan mereka adalah perkataan yang tinggi, yg mampu menggerakkan hati yg mendengarnya. Berikut ada video ceramah Aa Gym dan Teh Ninih:

Ceramah Aa Gym

Ceramah Teh Ninih

Kedatangan ulama paling epic dalam sejarah belajar Islam saya adalah Ust. Muhammad Syafi’i Antonio pakar ekonomi syari’ah, penulis buku “Muhammad Super Leader”. Beliau datang 26 November 2012 kemarin dalam rangka seminar Islamic Financing di Luxemburg. Untuk memaksimalkan waktu beliau di Belgia dan Luxemburg, Pak Dubes mengadakan acara temu masyarakat dengan mengundang warga Indonesia di Belgia dan juga PPI di seluruh Belgia untuk datang dan berdiskusi mengenai Islamic financing dengan beliau. Masalahnya adalah waktu yg dialokasikan untuk diskusi ini adalah hari Senin malam dari pukul 19-selesai. Weekdays, di mana semua orang sibuk di kantor dan lab-nya hingga jam 6 sore, dan Selasanya harus kembali ke rutinitas kerja/kuliah. Teman-teman saya di Gent jelas menolak untuk datang karena ada kuliah sampai jam 6, nge-lab, sampai sore, bsknya kuliah pagi, tugas, dll. Saya sendiri memiliki kondisi yang sama dengan mereka. Kuliah kebetulan tidak ada, tapi ada kerja di lab, yg baru dimulai jam 16.40 dan selesai jam 17.45. Esoknya pun saya ada kuliah pagi pukul 8.30. Keputusan yang sulit. Kalau alasan capek, baru puasa, belum sempet buka, bisa lah jadi beribu alasan untuk tidak datang. Tapi 2 hal yang membuat saya mantap untuk berangkat, yang baru saya putuskan di tram, ketika pintu tram terbuka di halte stasiun adalah: Mamah dan “KAPAN LAGI?”. Mamah always encourage me to pursue religious-related matter, whatever it is. Dan menurut mamah juga beliau ini jarang datang ke Bandung, kalau ada kesempatan mendatangi beliau di sini, datangilah.. Saya juga sepenuhnya sadar bahwa langkah-langkah mengejar ilmu syar’i adalah pahala, dan barusan saya mendapat hadis yang bagus sekali mengenai hal ini, yang bsa lebih menjadi semangat dalam menuntut ilmu syar’i:

Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk menuntut ilmu syar’i, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memudahkan jalannya masuk ke dalam surga. Dan sesungguhnya para malaikat Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiansa akan membentangkan sayapnya sebagai bentuk penghormatan mereka kepada para penuntut ilmu, dan semua makhluk yang ada di langit maupun yang ada di bumi bahkan ikan-ikan di laut akan memohonkan ampun baginya, dan sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu dibandingkan dengan ahli ibadah seperti keutamaan bulan disaat purnama dibandingkan dengan bintang-bintang. dan sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham (harta), namun warisan mereka adalah ilmu, barangsiapa yang memilikinya maka ia telah mendapatkan keuntungan yang besar.” (HR. Abu Dawud)

Akhirnya, dengan semangat dan juga membawa tugas yg dikerjakan di kereta (Subhanallah, ternyata saya bisa :D), saya berhasil sampai ke Brussels jam 19.15-an, Alhamdulillah di sana langsung disambut dengan makanan yg super enak sebagai santapan buka puasa 🙂 Dan ternyata Pak Dubes pun telat karena macet, jd acara baru dimulai jam 20.00.

Walaupun isi diskusi tidak begitu mengarah pada ceramah, namun lebih mengarah pada ilmu Islamic Financing, tapi saya belajar banyak hal di sini:

Islamic financing itu bagian dr Syariah dan Syariah itu Law-nya Islam. Islam itu terdiri dr 3 bagian yaitu Aqidah, akhlaq dan syariah, dan Islam yg komprehensif itu yg menjalankan smuanya dgn utuh, termasuk Islamic financing as their way of life. Islamic financing ini bersih, HALAL, sumber dana bukan dari perusahaan2 yg HARAM seperti rokok, bir, hotel2 yang orang check outnya per 2 jam :p Jadi insya Allah bersih, dan karena Islamic Financing ini HALAL, jd bisa dipakai siapa saja, non-muslim pun bisa memakainya, dan sekarang dunia mulai melirik Islamic Financing, sehingga beliau mulai mengisi seminar ke US, UK, Swiss, Luxemburg, dll. Islamic bank pun bermunculan di negara minoritas muslim. Kemudian beliau juga mengajarkan tentang Investasi dan Saving. Satu quotenya yang luar biasa adalah:

Investment is the function of Saving and Saving is the function of lifestyle

Nah ini dia gaya hidup Indonesia yang biasanya mewah, tapi savingnya sedikit, bahkan gak investasi (UPS, KESINDIIIRR >.<), Makanya beliau ajarkan cara2 berinvestasi yg benar: Rumah, dll. Juga manajemen keuangan yg baik:

  1. pastikan memiliki emergency saving, jumlahnya minimal 3-6 x penghasilan bulanan,
  2. pastikan auto-debet akhirat saving (zakat) 2.5% per bulan,
  3. habitual saving untuk kebutuhan bulanan,
  4. future investment

Saat sesi tanya jawab, saya juga sempat bertanya mengenai caranya Bank Syariah mendapat untung selain dari bunga, juga Islamic Financing for Rural Development, karena suatu kali di kuliah Rural Development and Agriculture, dosen saya pernah bertanya mengenai hal ini, terkait dengan diharamkannya riba oleh Islam, sedangkan salah satu cara mengembangkan pedesaan adalah Credit with Interest. Oh, ketika saya nanya dan menyebutkan nama, beliau kaget mendengar nama saya yang sama dengan “anak”nya, yaitu TAZKIA Institute :”)

Beliau menjawab dengan singkat dan komprehensif mengenai ini bahwa ternyata salah satu program TAZKIA Institute adalah Islamic Microfinancing for Rural Development, yang akan beliau paparkan melalui presentasi di Maroko, ada kemungkinan Maroko akan mengadopsi ini dari Beliau.

Intinya, seingat saya, program ini memberi kredit untuk ibu-ibu, tp untuk 1 orang, diharuskan ada 4 org back up yg menjadi saksi. Nah 5 orang itu mesti hadir dlm setiap kegiatan, kl satu org tidak hadir, kredit tidak diberikan. Selain kredit, program ini juga bikin saving dan charity, jd selain mereka ngutang, mereka juga wajib nabung dan wajib ngasih sedekah buat sesama mereka yg butuh bantuan, misalnya kl lg sakit. Sehingga terbentuk komunitas pedesaan yang baik secara sosial (peduli, tanggung jawab), ekonomi dan agama. Saat peminjaman itu, dibuat akad, tertulis dan lisan juga. Di antaranya yg sy ingat isi akadnya: Berjanji melunaskan hutang, Berjanji menjalankan agama dgn baik, jd selain berkembang dr sisi finansial, juga berkembang secara sosial dan religius. Ada juga perjanjian sebelum kredit kl mau dpt kredit mesti hapal 2 ayat/minggu. Worst case scenario kalau di akhir mereka gak bisa bayar hutangnya, kan mereka punya tabungan yg diwajibkan itu, tabungan itu bisa ditarik sama program untuk bayar hutang mereka supaya programnya tidak rugi. Subhanallah sekali…. Semoga saja suatu saat banyak bermunculan program Islamic Microfinancing ini di pelosok2 Indonesia, bahkan bisa juga dijadikan salah satu kebijakan ekonomi di Indonesia 🙂

Dan terakhir, sesi foto bersama Ust. Muhammad Syafi’i Antonio beserta istrinya. Senang sekali ketika beliau mengatakan kalau saya ini anak mereka :”) Semoga suatu saat bisa bertemu lagi dan berdiskusi lebih banyak, dan ingin juga involve dalam program pengembangan pedesaan tersebut. Suatu saat, Aamiin..

4 comments on “Belajar Islam di Tanah Minoritas #2 (Pertemuan dengan alim ulama)

  1. Subhanallah, msh muda dan menempuh ilmu sekaligus mencari tahu ttg agama dan ini slh satu btk syiar. Tres interessant, kebetulan “sempat” dilahirkan di belgia, termotivasi jg dgn buku 99 cahaya islam sampai bener2 pengen jual rumah utk tujuan membuka mata lain ttg Eropa dan mewariskan pengalaman ini kpd anak2 saya… At that time, my childhood, my adolescence, pesona Eropa terlihat dr sisi turistiknya saja dan what it offers. Mudah2an keluarga bs memandang european tur dr sisi lain dan pembaca bs mempopulerkan gerakan ini. Good luck for your studies dear

    • Aamiin ya rabbal ‘alamiin… Semoga keinginan Ibu didengar Allah dan tercapai 🙂
      Terima kasih banyak atas doanya, Bu.. senang dihampiri blognya oleh Ibu..

Leave a comment