Beribadah di Eropa #3: Tentang Jilbab

Mengenakan Jilbab sejak Sd, walau kadang dilepas, baru full mengenakan jilbab dari SMP, dan sampai sekarang pun saya tau, belum sempurna-nya saya menaati aturan Allah yang satu ini. Semoga ke depannya bisa lebih baik.

Oh yaa… saya menulis ini karena banyak yang menanyakan bagaimana memakai kerudung di Eropa? Apakah ada diskriminasi? Apakah di beberapa negara eropa, kerudung di-banned? Saya akan menceritakan pengalaman saya tentang hal ini di sini.

Sebelum ke sini, saya merasa memakai kerudung itu kebiasaan, sampai di sini, saya baru mengerti kalau kerudung itu adalah identitas. Pembeda. Bukan berarti orang memperlakukan kita beda, bukan…. tapi orang jadi tau kalau kami yang bekerudung ini muslim, and have some restrictions. Seperti cerita yang saya alami di Paris ketika membeli macaroons, orang dengan mudah kenal kalau saya muslim dan melarang saya membeli yang beralkohol.

Lebih dari itu… identitas muslimah ini membuat kita bisa menemukan saudara sesama muslimah dengan mudah. Cerita unik tentang persaudaraan ini adalah ketika kami traveling ke Spanyol, di bandara Barcelona, kami bertemu satu keluarga dari Aljazair yang akan pulang ke negaranya, karena tau kami muslimah, dari jilbab kami, mereka mengajak ngobrol, walaupun akhirnya gak nyambung karena bahasa kami berbeda, mereka bisanya bahasa perancis dan arab, sedangkan kita hanya bisa bahasa inggris, jadilah dipakai bahasa tarzan. Tapi entah kenapa saat itu kita mengerti satu sama lain :’) Saat itu, kami saling menjaga, karena kami tidur di airport juga. Kemudian mereka juga sangat baik memberi apel untuk kita. Subhanallah, indahnya ukhuwah islamiyah πŸ™‚

Cerita lain mengenai identitas yang membawa pada ukhuwah adalah ketika kita di mana pun bertemu orang islam, sangat terharu ketika orang tersebut mengucapkan salam pada kita. Ini sangat berarti buat saya karena saya merasa tidak sendirian hidup di negara yang minoritas muslim. Atau seperti tadi pagi, saya kerepotan membawa laptop dan jurnal serta alat tulis ke lantai bawah, kemudian muslimah bule berkerudung di depan saya membukakan pintu untuk saya dan tersenyum pada saya. Subhanallah….

Dari semua cerita saya, tentu sudah bisa diambil kesimpulan, kalau mengenakan kerudung di Eropa sama sekali tidak menakutkan.. Bahkan, pemberi beasiswa pun sama sekali tidak peduli dengan jilbab. Mereka menilai dari kemampuan orang tersebut. Bahkan, teman-teman saya di sini yang diterima beasiswa banyak yang memakai jilbab, kok. Jadi, jangan khawatir jilbabmu mempengaruhimu mencari ilmu πŸ™‚

Insya Allah, kalau kita istiqamah di jalan Allah, Allah akan menunjukkan jalan untuk kita di dunia πŸ˜€

4 comments on “Beribadah di Eropa #3: Tentang Jilbab

  1. waktu di singapura, saya juga pernah mengalami hal yang mirip. waktu itu saya dan teman saya lagi di kopitiam, semacam foodcourt gitu. kita udah kelaparan banget dan setiap kali menghampiri kedai, penjaga kedai selalu bilang, “no halal” waktu liat saya pakai jilbab. sampai akhirnya kita ketemu kedai nasi briyani yang alhamdulillah halal :))

Leave a comment