Jumat lalu ketika saya ke Brussels untuk perpanjang paspor, saya sempat terheran-heran ketika melewati city center, suatu daerah yang dinamakan Place de Brouckere. Saya melihat beberapa truk tentara terparkir di jalanan, dan jalanan utama pun seperti ditutup, ditambah lagi banyak tentara lengkap dengan senjata laras panjangnya, berjaga-jaga di daerah tersebut. Walaupun saya sempat takut, saya tetap memotretnya dari kejauhan, karena ini momen yang langka!! Terakhir Brussels siaga seperti ini adalah selepas Paris Attack Bulan November 2015 lalu.
Setelah saya posting di FB, menanyakan kondisi Brussels yang siaga lagi ini, seorang teman menjawab, ternyata 2 hari sebelum saya tiba di Brussels ini, yaitu tanggal 16 Maret 2016 lalu. terdapat penangkapan teroris pelaku Paris Attack, yang cukup menyeramkan, dengan baku tembak antara polisi/tentara dengan pelaku teroris, snipper pun sempat ditempatkan diberbagai titik, dan baku tembak ini menghabiskan nyawa di kedua belah pihak, baik polisi, juga teroris.
Berselang beberapa hari, mendapat kabar mencengangkan di grup FB PPI Gent, yang diposting oleh teman saya, alumni UGent, di Indonesia, menanyakan kabar teman2 yang masih di Belgia. Brussels International Airport Zaventem di BOM!! DUA KALI!! Ditambah kabar bom yang berlanjut, di stasiun Metro Maalbek dan Schuman, dekat parlemen EU, juga Stasiun Metro Art-Loi dekat parlemen Belgia. Dan Kabarnya ada bom yang meledak di DALAM METRO, ketika sedang bergerak. Masya Allah… Terbayang kalau saya dan teman-teman beberapa kali memakai metro yang melewati stasiun Art-Loi untuk ke KBRI, juga gak kebayang bagaimana teman-teman PPI di Brussels sekarang. Kabarnya semua transportasi lumpuh, Metro, bus dan tram sama sekali tidak beroperasi, kereta hanya beroperasi di 3 stasiun utama, dengan limited access, hanya satu pintu yang diperketat penjagaannya, juga sekarang dilarang membawa backpack, juga koper2 yang mencurigakan. Tentunya sekarang ini penerbangan semua dialihkan ke Bandara Charleroi, sementara Bandara Zaventem ditutup sampai waktu yang tidak ditentukan. Ghent University sendiri mengambil tindakan membebaskan mahasiswa nya untuk tidak mengikuti pelajaran, menghimbau seluruh civitas akademika yang tinggal di luar Gent, untuk tidak berpergian, STAY AT HOME!! BRUSSELS SIAGA EMPAT!! (Level tertinggi pengamanan, dulu pas Paris Attack masuk level 3)..
Se-mengerikan itu ya kedengarannya. Pantas saja beberapa teman baik menanyakan keadaan saya via whatsapp, Line, juga Facebook, beberapa teman juga memakai fitur safety check di Facebook, menanyakan keamanan saya. Ternyata berita ini pun tersebar luas di Indonesia, ditayangkan berbagai stasiun televisi. Sehingga kali ini saya merasa harus bereaksi, menulis di wordpress. Bukan, bukan mau punya double standard, bereaksi pada pengeboman Belgia, tetapi tidak bereaksi pada pengeboman di Turki atau perang pertaruhan nyawa di belahan dunia lain. Tapi ini masalah lokasi saja. Pengeboman di Belgia kali ini terasa sangat dekat, bisa dibilang terjadi di kota sebelah, yang bisa jadi berimbas ke kota-kota di sekitarnya (semoga tidak), dan dengan kejadian kali ini, saya semakin merasa kalau kematian atau musibah itu sangat dekat. Dan terorisme itu sekarang sudah ada di mana-mana. Dulu hanya tau kalau Amerika lah sasaran terorisme, tapi sekarang tidak lagi!! Sudah terjadi di Indonesia, Turki, dan Eropa!! Bahkan di Turki!! Negara yang bisa dibilang Negara Arab dan Islam, lho.. Jadi masih mau menyalahkan Islam? Padahal, yang sangat dirugikan dari peristiwa pengeboman, terorisme ini adalah Umat Islam sendiri!! Judgement dan juga bully juga rasisme terhadap Umat Islam setelah kejadian terorisme akan semakin nyata. Di Amerika saja sekarang calon presidennya berencana melarang imigran muslim dan benar2 menutup negaranya dari negara-negara muslim. Apakah reaksi Eropa akan sama juga? Melarang lagi imigran Syiria? Padahal belum tentu mereka yang melakukannya. Contoh nyata nya lagi ya saya sendiri, selepas peristiwa Paris Attack, sedang dengan santainya berjalan menuju kampus, 2 orang pelajar meludah ke arah saya, dari ruang kelas mereka di lantai-entah-berapa. Saya yang menolak bersitegang dengan siapa pun, berusaha tidak menengok ke atas, dan tetap berjalan dengan santainya, sampai tawa mereka hilang dari pendengaran, dan dengan santainya lagi, mengusap ludahan mereka dengan tissue. ISLAMOPHOBIA. Itulah hasil dari terorisme sekarang. Semakin sulit umat muslim membangun jembatan kehangatan, kedamaian dan toleransi, tetapi tentu umat muslim juga gak berhenti berjuang, untuk tetap menebarkan kedamaian dan juga kebaikan di muka bumi. Semoga bisa menjadi agen muslim yang baik di mana pun berada dan membesarkan keturunan, generasi Rabbi Radhiyya.
#ODOPfor99days
#day57